ARTIKEL, Historically the University student never die to demonstrate their responsibility to the wherever and whenever community. Their Responsibility is progressive reflection to make a social change that give contribution for social order. To realize it, they have been building the synergy in the university student organization. But the problem in the university student activity is paradigm of thinking that implicates to the stagnation. This paper deals with some aspects that give impact to it and how to gain it solution.
Karakter yang biasa diidentikan dengan mahasiswa setidak-tidaknya dibangun di atas tiga landasan :
- Pertama, psikologi orang muda yang senantisa progresif dalam mencari dan menemukan jatidiri.
- Kedua,Idealisme karena keyakinan terhadap nilai-nilai dasar dan komitmen untuk mewujudkannya.
- Ketiga, intelektualitas yang menjadi kontruksi atau kerangka dari sistem cita-cita sehingga segenap sikap maupun tindakannya tidak sekedar perilaku basa-basi atau aktivisme hampa.
Ketiga hal itulah yang menjadi support bagi sikap dan tindakan mahasiswa untuk peduli dan mempunyai responsibilitas yang tinggi (high responsibility) terhadap masyarakatnya. Sejarah kemahasiswaan di Indonesia telah memberikan fakta yang otentik bahwa support itulah yang telah melahirkan daya dobrak atau daya dorong yang efektif bagi sikap-sikap kepeloporan yang diperankan mahasiswa dalam proses pembaruan. Pada saat terjadi kemandegan atau problem sosial yang membutuhkan peranan mahasiswa maka pada saat itulah mahasiswa tampil dan mencatatkan sejarahnya. Sebut saja peristiwa Rengasdengklok, Ampera, Reformasi dan peristiwa-peristiwa lain yang terjadi dalam kilasan sejarah Indonesia kita.
- Pertama, pijakan berupa dimensi transendensi. Pada dimensi ini aspek theologia menjadi penting untuk diformulasikan kembali mengingat daya dorong transendensi menjadi pendobrak dan pemicu yang sangat dahsyat. Secara Historis sebagaimana di kemukakan Max Weber kita bisa melihat bahwa semangat kapitalisme kaum protetstan terutama aliran calvinisme beberapa level lebih tinggi ketimbang kaum katolik. Dalam penilaian weber ini disebabkan oleh system kepercayaan yang dianut oleh kaum protestan lebih dapat menimbulkan daya gerak daripada system kepercayaan kaum katolik. Senada dengan Weber, Robert N. Bellah mengatakan bahwa keberhasilan Bangsa Jepang sampai sekarang karena dipengaruhi oleh agama Tokugawa yang dianutnya. Semangat bangsa Indonesia yang kurang juga dipengaruhi oleh teologinya yang secara mayoritas berteologi Asy’ari. Mahasiswa juga perlu memformulasikan atau menyusun kembali system teologi yang di anutnya. Kesempurnaan intelektualitas mahasiswa adalah dia memiliki system teologi yang mampu menghasilkan daya dobrak yang tinggi terhadap berbagai ketimpangan sosial. Mahasiswa harus mendasarkan setiap aktivitas berfikir dan bertindaknya pada dimensi transendensinya. Karl Marx yang tidak mendasarkan gagasannya pada dimensi ini saja bisa melahirkan sebuah gerakan sosial politik yang sampai hari ini tetap popular kenapa kita yang memiliki kekayaan transendensi masih tertinggal.
- Kedua, humanisasi. Memanusiakan manusia. Realitas ini harus dipahami bahwa perlunya kesadaran yang optimal di kalangan mahasiswa untuk melawan segala bentuk dehumanisasi (tindakan yang tidak menempatkan manusia sebagai manusia). Bentuk-bentuk tindakan dehumanisasi termasuk di antaranya mengekang kebebasan berfikir mahasiswa, membelenggu kreativitas mahasiswa, menjegal partisipasi mahasiswa dan sebagainya.
- Ketiga, liberasi. Implikasi dari humanisasi adalah munculnya daya dorong untuk membebaskan diri dan masyarakat dari situasi dan kondisi yang tidak kondusif. Membebaskannya dari belenggu kebodohan, keterpurukan, dan keterbelakangan.
- Pertama, penguatan intelektual, di antara syarat orang bisa eksis adalah karena informasi berupa ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Kemudahan dan kecepatan mengakses informasi adalah modal untuk merespon setiap perkembangan yang terjadi meliputi sosial, budaya, politik, hukum dan HAM dan sebagainya. Organisasi mahasiswa yang menyediakan kemudahan mengakses informasi biasanya akan terus eksis dan tidak ketinggalan moment dan pasti dibutuhkan oleh kader dan masyarakat. Lebih lanjut materi informasi akan membuat anggota organisasi mahasiswa memiliki khazanah intelektual yang secara bertahap akan berkembang dan maju. Khazanah intelektual yang berbasis transendensi, humanisasi, dan liberasi.
- Kedua, melatih responsifitas terhadap kondisi sosial. Informasi yang masuk atau diterima akan disikapi sesuai dengan kapasitas masing-masing mahasiwa yang implikasinya akan melahirkan tindakan yang variatif. Untuk itu organisasi mahasiswa dapat melihat fenomena ini dan menyatukan atau menyamakan persepsi dalam merespon atau menindaklanjutu informasi. Sehingga gerakan yang dilakukan merupakan buah komunikasi efektif yang konseptual dan sistematis.
- Ketiga, mampu mengakomodir kepentingan-kepentingan mahasiswa yang sedang mempersiapkan hidup di masyarakat.