Warga Pesisir Lirik Usaha Taksi Laut Dumai

oleh -
Foto Dok, Infowarta.com

Infowarta.com, DUMAI – Dumai di kenal sebagai Kota Pelabuhan. Setiap harinya ada puluhan kapal tanker lego jangkar di Laut Dumai. Ratusan Anak Buah Kapal (ABK) juga turun ke darat untuk membeli keperluan selama di Kapal.

Peluang itulah disambut oleh masyarakat Dumai. Mereka menyediakan “Taksi” laut bagi awak kapal yang mau turun ke darat Dumai. Peluang itu menjadi bisnis dan mata pencaharian oleh sebagian masyarakat. Mereka mengangantungkan harapan dan mengais rezeki lewat usaha tersebut.

Kapal-kapal kecil terlihat berjejer di dermaga Pelabuhan D Pelindo Dumai. Dermaga itu memang menjadi tempat mangkal “taksi laut”.

Kapal-kapal itu memang menjadi satu-satunya pilihan bagi para ABK kapal jika ingin menyeberang ke daratan Dumai.

“Biasanya kalau satu penumpang kami kenakan tarif sekitar Rp20-30 ribu,” ujar salah seorang pemilik “Taksi Laut” Amat (36) kepada Riau Pos.

Ia mengatakan dalam sehari-hari, ia bisa membawa penumpang dari ABK mencapai 10 orang. “Hampir Rp300 ribu perhari, itu belum potong ongkos untuk beli minyak, jadi paling bersih Rp150-200 ribu,” ujar warga Purnama itu.

Hampir seluruh penumpang yang menggunakan jasa taksi laut miliknya merupakan ABK kapal tangker yang sedang Lego jangkar. “Mereka kadang membeli kebutuhan sehari-hari ke darat, makanya memerlukan jasa kami, jika tidak mereka tidak bisa kemana-mana,” sebutnya.

Pemilik taksi laut Lainnya Dayat mengatakan beberapa pekan ini penumpang cukup sepi, apalagi bagi dirinya yang belum lama menggeluti usaha “taksi” laut ini. “Biasanya para ABK sudah ada langganan, kalau seperti saya yang baru ini agak susah dapat penumpang,” sebutnya.

Ia mengaku Ahad (25/8/2019) sejak pagi hingga sore, ia baru membawa tiga penumpang. “Ada dua yang mau turun dan satu lagi mau balik ke kapal,” tuturnya.

Sementara itu salah satu ABK kapal tangker CPO, Anton mengatakan dirinya tidak ada pilihan lain, walaupun memang ongkos lumayan mahal. “Kadang Lego jangkar bisa satu pekan, maknanya kadang bosan di kapal turun ke darat mencari keperluan,” tuturnya.

Pria asal Kalimantan itu mengatakan tidak terlalu mempermasalahkan ongkos yang cukup mahal, pasalnya memang kondisi saat ini serba sulit. “Ya itung-itung berbagi dengan masyarakat, mereka ramah-tamah,” tutupnya.(ifw)